Senin, 02 November 2009

Natal Majelis Adat Dayak Kalbar Agama Membangun Kepedulian

Senin, 20 Januari 2009

Pontianak,- Ribuan masyarakat Dayak Kalimantan Barat memanjatkan gema pujian. Mereka memadati gedung Auditorium Universitas Tanjungpura, merayakan Natal dan Tahun Baru Minggu (19/1) malam. Mereka bersekutu mengulangi misteri kehadiran Yesus Kristus ke dunia. Kidung pujian dan doa keselamatan dihaturkan dengan penuh kegembiraan.

Lilin-lilin Natal dinyalakan, sebagai lambang penerang saat berjalan dalam kegelapan. Warna-warna putih tampak menghiasi dekorasi ruangan, sebagai tanda kesucian dan pengharapan akan keselamatan. Bagi mereka, misteri kelahiran itu jadi pertanda dimulainya kehidupan baru di dunia ini. Apalagi, kenyataannya masyarakat sedang dihadapkan pada kompleksitas persoalan yang tak berujung. Sehingga mutlak perlu berserah diri kepada Tuhan.

Hadir dalam perayaan itu, Wakil Gubernur Kalimantan Barat, LH Kadir, Uskup Agung Keuskupan Pontianak, Mgr Hieronimus Bumbun, Pendeta DR Barnabas Simin STh, Ketua Majelis Adat Dayak Kalimantan Barat, Rahmad Sahudin BSc, Tokoh Masyarakat Dayak, Paguyuban dari berbagai komunitas masyarakat yang ada di Kalbar, dan seluruh masyarakat Dayak. Mereka datang dari berbagai daerah yang ada di Kalbar. Apalagi, panitia pelaksana menyiapkan kendaraan antar jemput warga yang kesulitan transportasi. Tak pelak lagi, perayaan yang sempat tidak dilaksanakan kurun waktu delapan tahun terakhir itu seakan-akan jadi tumpahan kerinduan seluruh masyarakat Dayak.

Ketua Panitia Pelaksana Natal MAD, Losianus BSc kepada Pontianak Post, Minggu (19/1) malam mengatakan, dalam era globalisasi ini perlu meningkatkan kehidupan beragama. Apalagi, masyarakat sedang dihadapi persoalan yang sangat rumit. "Perayaan Natal ini sebagai wujud untuk menggalang rasa kebersamaan antara masyarakat Dayak. Membangun persatuan dan kesatuan yang nyaris tercerabut oleh peliknya persoalan yang dialami masyarakat," katanya.

"Hendaknya agama dan ajarannya tidak dijadikan alat untuk mencapai tujuan yang menguntungkan sekelompok orang. Sangat penting, membangun kesadaran dan kepedulian bahwa agama itu hanya untuk berserah diri kepada Tuhan," jelasnya. Yang jelas, kata dia, manusia ini terdiri dari beraneka ragam peradaban. Sehingga, seharusnyalah mereka menjadi seorang manusia yang mesti tunduk pada ajaran agama yang dianutnya.

Selain mengadakan perayaan, masyarakat Dayak juga ikut peduli dengan nasib masyarakat Kalbar yang jadi korban banjir dan tanah longsor. Derma yang dikumpulkan dalam perayaan itu seluruhnya akan disumbangkan. "Kita ikut peduli dengan nasib saudara-saudara yang terkena musibah banjir dan tanah longsor," ujarnya. Makanya, ia mengajak semua masyarakat Dayak yang hadir dalam perayaan itu turut peduli terhadap nasib mereka. (mnk/pk)

< Ribuan masyarakat Dayak Kalimantan Barat memanjatkan gema pujian. Mereka memadati gedung Auditorium Universitas Tanjungpura, merayakan Natal dan Tahun Baru Minggu (19/1) malam. Mereka bersekutu mengulangi misteri kehadiran Yesus Kristus ke dunia. Kidung pujian dan doa keselamatan dihaturkan dengan penuh kegembiraan.

Lilin-lilin Natal dinyalakan, sebagai lambang penerang saat berjalan dalam kegelapan. Warna-warna putih tampak menghiasi dekorasi ruangan, sebagai tanda kesucian dan pengharapan akan keselamatan. Bagi mereka, misteri kelahiran itu jadi pertanda dimulainya kehidupan baru di dunia ini. Apalagi, kenyataannya masyarakat sedang dihadapkan pada kompleksitas persoalan yang tak berujung. Sehingga mutlak perlu berserah diri kepada Tuhan.

Hadir dalam perayaan itu, Wakil Gubernur Kalimantan Barat, LH Kadir, Uskup Agung Keuskupan Pontianak, Mgr Hieronimus Bumbun, Pendeta DR Barnabas Simin STh, Ketua Majelis Adat Dayak Kalimantan Barat, Rahmad Sahudin BSc, Tokoh Masyarakat Dayak, Paguyuban dari berbagai komunitas masyarakat yang ada di Kalbar, dan seluruh masyarakat Dayak. Mereka datang dari berbagai daerah yang ada di Kalbar. Apalagi, panitia pelaksana menyiapkan kendaraan antar jemput warga yang kesulitan transportasi. Tak pelak lagi, perayaan yang sempat tidak dilaksanakan kurun waktu delapan tahun terakhir itu seakan-akan jadi tumpahan kerinduan seluruh masyarakat Dayak.

Ketua Panitia Pelaksana Natal MAD, Losianus BSc kepada Pontianak Post, Minggu (19/1) malam mengatakan, dalam era globalisasi ini perlu meningkatkan kehidupan beragama. Apalagi, masyarakat sedang dihadapi persoalan yang sangat rumit. "Perayaan Natal ini sebagai wujud untuk menggalang rasa kebersamaan antara masyarakat Dayak. Membangun persatuan dan kesatuan yang nyaris tercerabut oleh peliknya persoalan yang dialami masyarakat," katanya.

"Hendaknya agama dan ajarannya tidak dijadikan alat untuk mencapai tujuan yang menguntungkan sekelompok orang. Sangat penting, membangun kesadaran dan kepedulian bahwa agama itu hanya untuk berserah diri kepada Tuhan," jelasnya. Yang jelas, kata dia, manusia ini terdiri dari beraneka ragam peradaban. Sehingga, seharusnyalah mereka menjadi seorang manusia yang mesti tunduk pada ajaran agama yang dianutnya.

Selain mengadakan perayaan, masyarakat Dayak juga ikut peduli dengan nasib masyarakat Kalbar yang jadi korban banjir dan tanah longsor. Derma yang dikumpulkan dalam perayaan itu seluruhnya akan disumbangkan. "Kita ikut peduli dengan nasib saudara-saudara yang terkena musibah banjir dan tanah longsor," ujarnya. Makanya, ia mengajak semua masyarakat Dayak yang hadir dalam perayaan itu turut peduli terhadap nasib mereka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar